Asal Usul Singkawang
Awalnya Singkawang merupakan sebuah desa bagian dari wilayah
kesultanan Sambas,
Desa Singkawang sebagai tempat singgah para pedagang dan penambang emas
dari Monterado. Para penambang dan pedagang yang kebanyakan berasal
dari negeri China, sebelum mereka menuju Monterado terlebih dahulu
beristirahat di Singkawang, sedangkan para penambang emas di Monterado
yang sudah lama sering beristirahat di Singkawang untuk melepas
kepenatannya dan Singkawang juga sebagai tempat transit pengangkutan
hasil tambang emas (serbuk emas). Waktu itu, mereka (orang
Tionghoa) menyebut Singkawang dengan kata San Keuw Jong (
Bahasa Hakka),
mereka berasumsi dari sisi geografis bahwa Singkawang yang berbatasan
langsung dengan laut Natuna serta terdapat pengunungan dan sungai,
dimana airnya mengalir dari pegunungan melalui sungai sampai ke muara
laut. Melihat perkembangan Singkawang yang dinilai oleh mereka yang
cukup menjanjikan, sehingga antara penambang tersebut beralih profesi
ada yang menjadi petani dan pedagang di Singkawang yang pada akhirnya
para penambang tersebut tinggal dan menetap di Singkawang.
Pembentukan Kota Administratif Singkawang
Kota Singkawang semula merupakan bagian dan ibukota dari wilayah
Kabupaten Sambas (UU Nomor 27 Tahun 1959) dengan status Kecamatan
Singkawang dan pada tahun 1981 kota ini menjadi Kota Administratif
Singkawang (PP Nomor 49 Tahun 1981). Tujuan pembentukan Kota
Administratif Singkawang adalah untuk meningkatkan kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan secara berhasil guna dan berdaya guna dan
merupakan sarana utama bagi pembinaan wilayah serta merupakan unsur
pendorong yang kuat bagi usaha peningkatan laju pembangunan. Selain
pusat pemerintahan Kota Administratif Singkawang ibukota
Sambas juga berkedudukan di Kota Singkawang.
Pembentukan Pemerintah Kota Singkawang
Kota Singkawang pernah diusulkan menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II
Singkawang yaitu melalui usul pemekaran Kabupaten Sambas menjadi 3
(tiga) daerah otonom. Namun Kotamadya Daerah Tingkat II Singkawang belum
direalisir oleh Pemerintah Pusat, waktu itu hanya Pemerintah Kabupaten
Daerah Tingkat II Bengkayang yang disetujui, sehingga wilayah Kota
Administratif Singkawang menjadi bagian dari Pemerintah Kabupaten Daerah
Tingkat II Bengkayang (UU Nomor 10 Tahun 1999), sekaligus menetapkan
Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Sambas beribukota di
Sambas.
Kondisi tersebut tidaklah membuat surut masyarakat Singkawang untuk
memperjuangkan Singkawang menjadi daerah otonom, aspirasi masyarakat
terus berlanjut dengan dukungan Pemerintah Kabupaten Sambas dan semua
elemen masyarakat seperti: KPS, GPPKS, Kekertis, Gemmas, Tim Sukses,
LKMD, para RT serta organisasi lainnya. Melewati jalan panjang melalui
penelitian dan pengkajian terus dilakukan oleh Gubernur Kalimantan Barat
maupun Tim Pemekaran Kabupaten Sambas yang dibentuk dengan Surat
Keputusan Bersama antara Bupati Sambas dan Bupati Bengkayang No. 257
Tahun 1999 dan No. 1a Tahun 1999, tanggal 28 September 1999, serta
pengkajian dari Tim CRAIS, Badan Petimbangan Otonomi Daerah. Akhirnya
Singkawang terwujud menjadi Daerah Otonom berdasarkan Undang-undang
Nomor 12 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Singkawang, diresmikan pada
tanggal 17 Oktober 2001 di Jakarta oleh Menteri Dalam Negeri dan
otonomi Daerah atas nama
Presiden Republik Indonesia.
Pembagian Administratif
Singkawang memperoleh status
kota berdasarkan UU No. 12/2001, tanggal
21 Juni 2001.
Berdasarkan Perda Kota Singkawang Nomor 1 Tahun 2003 tentang Perubahan
desa menjadi Kelurahan di Kota Singkawang dan Perda Nomor 2 Tahun 2003
tentang Pembentukan dan Perubahan Nama Kecamatan di Kota Singkawang
sesuai dengan ketentuan tersebut di atas, terdapat 5 (lima) kecamatan
dan 26 (dua puluh enam) kelurahan, yakni:
- Kelurahan Pasiran,
- Kelurahan Melayu,
- Kelurahan Kuala, dan
- Kelurahan Tengah.
- Kelurahan Sei Garam Hilir,
- Kelurahan Naram,
- Kelurahan Sei Bulan,
- Kelurahan Sei Rasau,
- Kelurahan Setapuk Kecil,
- Kelurahan Setapuk Besar, dan
- Kelurahan Semelagi Kecil
- Kelurahan Sedau,
- Kelurahan Sijangkung,
- Kelurahan Pangmilang, dan
- Kelurahan Sagatani.
- Kelurahan Sanggau Kulor,
- Kelurahan Pajintan,
- Kelurahan Nyarungkop,
- Kelurahan Bagak Sahwa, dan
- Kelurahan Mayasopa.
- Kelurahan Roban,
- Kelurahan Condong,
- Kelurahan Sekip Lama,
- Kelurahan Jawa,
- Kelurahan Sei Wie, dan
- Kelurahan Bukit Batu.
Geografi
Dengan luas wilayah 504 km², Singkawang terletak di wilayah
khatulistiwa dengan koordinat di antara 0°44’55,85” - 1°01’21,51"LS
108°051’47,6”-109°010’19”BT.
Batas-batas wilayah Kota Singkawang adalah:
Jumlah penduduk
Masjid Jami Kota Singkawang di malam hari
Populasi penduduk kota Singkawang setiap tahun mengalami peningkatan.
Berdasarkan data Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Singkawang pada tahun 2011, tercatat sebanyak 246.306 jiwa, mayoritas
penduduk adalah orang
Hakka/Khek
sekitar 42% dan selebihnya orang Melayu, Dayak, Tio Ciu, Jawa dan
pendatang lainnya. Penduduk di kota ini tersebar di lima kecamatan,
yakni Singkawang Selatan, Singkawang Timur, Singkawang Utara, Singkawang
Barat dan Singkawang Tengah. Dari lima daerah ini terdapat 26
kelurahan.
Untuk Singkawang Selatan yang berbatasan dengan
Kabupaten Bengkayang
pada 2006 terdapat 37.396 jiwa. Tahun berikutnya 2007 bertambah menjadi
40.708 jiwa dan pada tahun 2008 yang lalu ada 41.466 jiwa. Di
Singkawang Timur pada 2006 terdapat 18.951 jiwa dan tahun 2007 menjadi
19.022 jiwa. Jumlah itu naik menjadi 19.054 jiwa pada tahun 2008.
Singkawang Utara tahun 2006 terdapat 20.287 jiwa. Pada tahun berikutnya,
yaitu 2007 dihuni oleh 21.160 jiwa. Peningkatan terjadi lagi pada tahun
2008 menjadi 21.401 jiwa. Wilayah Singkawang Barat tahun 2006 silam
tercatat 59.534 penduduk. Jumlah tersebut naik secara signifikan pada
2007 menjadi 60.307 jiwa. Pada 2008 sebanyak 60.656 jiwa hidup di
Singkawang. Terakhir di Singkawang Tengah tahun 2006 ada 52.132 jiwa.
Sedangkan tahun 2007 terdapat 55.882 jiwa. Jumlah yang signifikan
terjadi pada 2008 menjadi 56.330 orang. Kesemua penduduk itu tersebar di
wilayah Kota Singkawang yang memiliki luas 504,00 km
2. Laju pertumbuhan penduduk Kota Singkawang pada tahun 2006 sekitar 5,6 persen.
Iklim
Secara umum wilayah Kota Singkawang beriklim tropis dengan suhu
rata-rata berkisar antara 21,8 °C sampai dengan 30,05 °C. Iklim tropis
di wilayah Kota Singkawang termasuk klasifikasi iklim tropis basah
dengan curah hujan rata-rata 2.819 mm/tahun atau 235 mm/bulan. Jumlah
rata-rata hari hujan 157 hari/tahun atau rata-rata 13 hari hujan/bulan.
Rata-rata kelembaban udara di kota Singkawang adalah 70%. Curah hujan
yang tertinggi terjadi pada bulan September sampai dengan Januari dan
curah hujan terendah antara bulan Juni sampai dengan Agustus. Kota
Singkawang memiliki wilayah datar dan sebagian besar merupakan dataran
rendah antara 50 meter s/d 100 meter diatas permukaan laut. Kota
Singkawang yang terletak pada 0° LS dan 109° BT, wilayahnya merupakan
daerah hamparan dan berbukit serta sebelah Barat berada pada pesisir
laut.
Tempat Wisata
Pantai Pasir Panjang
Pantai Pasir Panjang telah lama menjadi tempat rekreasi yang
terkenal, menghadap ke laut Natuna serta beberapa pulau kecil di
sekitarnya, antara lain pulau Lemukutan, pulau Kabung dan Pulau
Randayan. Perahu-perahu kecil dan
speed boat dapat disewa di sini
untuk menuju ke pulau-pulau tersebut.Sebagai sebuah tempat rekreasi,
obyek wisata ini telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang
serta di sekitar pantai telah banyak hotel,
cottage, toko-toko,
diskotik dan fasilitas-fasilitas lainnya tersedia bagi wisatawan. Tempat
ini sangat cocok bagi orang-orang yang menyukai olahraga renang,
memancing, menyelam dan ski air atau berselancar. Pantai Pasir Panjang
berada di Kecamatan Tujuhbelas, hanya 17 km dari pusat kota Singkawang.
Kondisi jalan masuk telah beraspal dan dapat dilewati oleh kendaraan
roda empat. Sarana transportasi dari dan ke Pasir Panjang berupa
kendaraan umum, taksi, minibus maupun kendaraan pribadi. Hamparan pasir
putih dan bebatuan yang memanjang disertai hembusan angin dan deburan
ombak yang aman sebagai kawasan pemandian, suasana Pasir Panjang akan
terasa pada saat matahari terbit dan tenggelam di cakrawala. Dengan
ditemani deretan Gunung Besi dan pepohonan yang menaunginya semakin
menambah keelokan dan kekhasan wilayah wisata ini. Fasilitas yang
lengkap dan nyaman dapat anda rasakan saat berwisata atau berlibur ke
pantai Pasir Panjang ini. Mulai penginapan, kolam renang keluarga,
tempat bermain anak-anak, warung-warung makan hingga fasilitas olahraga
seperti
motorcross,
road race dan
gokart. Anda dapat pula memancing langsung ke kawasan laut.
Sinka Island Park
Salah satu tujuan wisata baru di Singkawang terletak di kawasan
wisata Teluk Karang/Teluk Ma'jantuh. Terletak sebelah selatan kota
Singkawang 8 km sebelum memasuki kota ini. Dari pinggir jalan raya
Pontianak - Singkawang berjarak 3 km. Merupakan objek wisata masa depan
yang menawarkan fasilitas hiburan modern dan alami, kawasan wisata tepi
pantai ini menyajikan pemandangan pantai dan hiburan lainnya untuk
keluarga yang ditopang dengan berbagai fasilitasnya, seperti delman
maupun kuda bagi pengunjung yang dapat disewa untuk mengelilingi taman
rekreasi ini. Selain itu pengelola menyediakan kolam renang, kantin dan
fasilitas lainnya.
Sinka Zoo
Sinka Zoo terletak di sebelah kawasan
Sinka Island Park, tepatnya di sebelah selatan dengan jarak 500 meter setelah memasuki
Sinka Island Park.
Keunikan kebun binatang ini terletak diberbagai penjuru mengelilingi
gunung dan nampak keindahan laut dari atas gunung tersebut yang
menampilkan hewan-hewan langka lokal maupun luar daerah, taman rekreasi
ini juga memiliki mobil pembawa para wisatawan untuk mengelilingi gunung
Bajau. Dari atas gunung ini kita dapat menyaksikan keindahan kota
singkawang dengan jelas.
Taman Bukit Bougenville
Merupakan taman bunga yang terletak di sebelah selatan, tepatnya di
Desa Sijangkung dan berjarak ± 6 km dari kota Singkawang. Posisinya
terletak di kaki bukit berlatar belakang Gunung Pasi dan dikelilingi
areal hutan dan perkebunan. Taman ini memiliki luas 1,5 ha, walaupun
bunga Bougenville yang menjadi tampilan utama, namun terdapat pula
beragam bunga-bunga lainnya dan penataan taman yang asri untuk dapat
dinikmati keluarga dan muda-mudi. Fasilitas yang disediakan untuk
pengunjung relatif telah memberikan kesan "kenyamanan" untuk dinikmati,
mulai dari sarana publik seperti tempat parkir, musholla, pondok-pondok
tempat bersantai,
rest room, cafetaria, kolam renang mini untuk
anak-anak hingga hutan homogen yang dinamakan "Area Super Sejuk" dan
dapat digunakan untuk area fotografi pengantin, alam dan sebagainya.
Dilengkapi keramahan yang menyapa anda dari tiap ruang hingga sajian
menu sesuai selera. Datang dan biarkan mata serta jiwa anda menikmati
indahnya panorama alam di Taman Bukit Bougenville.
Taman Chidayu
Berdampingan dengan taman Bougenville, Chidayu memiliki karakteristik
khas dengan tempat pemancingan, pepohonan buah-buahan, taman bunga dan
taman bermain anak-anak. Kesejukan hembusan angin dapat kita nikmati
sembari melihat
sunset di ufuk barat dan hidangan
cafe Chidayu.
Taman Teratai Indah
Tidak sampai 10 menit dari kota, tempat rekreasi keluarga untuk
menikmati pemandangan gunung yang berjejer menghiasi kota Singkawang
dengan nuansa 'air' dapat pula bersenda gurau di danau buatan sembari
mengengkol 'bebek air', berenang bersama keluarga di kolam renang dan
menikmati sajian makanan dan minuman di restoran atau danau.
Vihara Tri Dharma Bumi Raya di malam hari
Pasar Hong Kong
Jika anda merasa lapar di malam hari bukanlah persoalan, karena
deretan gerobak yang menjual berbagai jenis makanan di pasar Hong Kong
siap menuntaskannya. Pasar Hong Kong adalah sebutan orang-orang
Singkawang untuk jalan Bawal dan sekitarnya di malam hari. Di pagi dan
siang harinya, lokasi ini hanyalah jalan biasa tempat berlalu lalang
berbagai kendaraan, namun ketika malam tiba akan dipadati
gerobak-gerobak yang menjual berbagai jenis makanan.
Vihara Tri Dharma Bumi Raya
Kota Singkawang juga dikenal dengan sebutan kota Seribu Kuil, karena
di setiap sudut kota ini dapat ditemui banyak bangunan vihara atau lebih
dikenal sebagai kelenteng atau pekong. Bangunan ini memiliki arsitektur
yang khas, didominasi warna merah dan hiasan liong.
Budaya
Cap Go Meh
Seperti halnya bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia lainnya,
perayaan Imlek untuk menyambut tahun baru China merupakan tradisi
termegah yang selalu dirayakan seluruh lapisan masyarakat Singkawang
setiap tahun. Bagi mereka perayaan Imlek tidak ada bedanya dengan
masyarakat Indonesia lainnya ketika merayakan Idul Fitri atau Natal.
Tahun baru Imlek muncul dari tradisi masyarakat
Tiongkok
yang dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil
panen dan sekaligus harapan agar musim berikutnya memperoleh hasil yang
lebih baik. Imlek selalu dirayakan selama 15 hari berturut-turut dan
hari puncak ke-15 disebut dengan
Cap Go Meh.
Dalam tradisi Tionghoa berarti malam ke-15 yang merupakan puncak
perayaan Imlek dan Cap Go Meh dirayakan secara khusus. Kalau mau
ditelaah lebih jauh, Cap Go Meh di Indonesia sendiri merupakan perpaduan
budaya
Tiongkok dan
Indonesia, yakni adanya lontong
Cap Go Meh. Lontong adalah makanan asli Indonesia, sedangkan Cap Go Meh adalah tradisi yang lahir dari
Imlek.
Puncak acara
Imlek atau
Cap Go Meh
ini dimaksud untuk menangkal gangguan atau kesialan di masa mendatang.
Pengusiran roh-roh jahat dan peniadaan kesialan dalam Cap Go Meh
disimbolkan dalam pertunjukan
Tatung.
Tatung adalah media utama Cap Go Meh. Atraksi Tatung dipenuhi dengan
mistik dan menegangkan, karena banyak orang kesurupan dan orang-orang
inilah yang disebut Tatung. Upacara pemanggilan tatung dipimpin oleh
pendeta yang sengaja mendatangkan roh orang yang sudah meninggal untuk
merasuki Tatung. Roh-roh yang dipanggil diyakini sebagai roh-roh baik
yang mampu menangkal roh jahat yang hendak mengganggu keharmonisan hidup
masyarakat. Roh-roh yang dipanggil untuk dirasukkan ke dalam Tatung
diyakini merupakan para tokoh pahlawan dalam legenda Tiongkok, seperti
panglima perang, hakim, sastrawan, pangeran, pelacur yang sudah bertobat
dan orang suci lainnya.
Roh-roh yang dipanggil dapat merasuki siapa saja, tergantung apakah para pemeran
Tatung
memenuhi syarat dalam tahapan yang ditentukan pendeta. Para Tatung
diwajibkan berpuasa selama tiga hari sebelum hari perayaan yang
maksudnya agar mereka berada dalam keadaan suci sebelum perayaan.
Dalam atraksi
Tatung
yang sudah dirasuki roh orang meninggal bertingkah aneh, ada yang
menginjak-injak sebilah mata pedang atau pisau, ada pula yang
menancapkan kawat-kawat baja runcing ke pipi kanan hingga menembus pipi
kiri. Anehnya para Tatung itu sedikit pun tidak tergores atau terluka.
Beberapa Tatung yang lain dengan lahapnya memakan hewan atau ayam
hidup-hidup lalu meminum darahnya yang masih segar dan mentah.
Di Singkawang banyak orang Dayak yang juga turut serta menjadi
Tatung, mereka terdorong berpartisipasi karena ritual Tatung mirip
upacara adat Dayak. Sejak pertama kali datang ke Singkawang masyarakat
Tionghoa telah menjalin persahabatan erat dengan penduduk pribumi
khususnya suku Dayak. Karena itu tidak ada kecanggungan di antara kedua
etnis ini. Dahulunya Singkawang merupakan tempat persinggahan para
penambang emas yang berasal dari Tiongkok. Gelombang migrasi
besar-besaran pada tahun 1760, membawa masyarakat suku Tionghoa Hakka
dari Guangdong
China selatan yang mendarat di Pulau Kalimantan. Mereka menetap dan bekerja sebagai kuli tambang emas dan intan di
monterado,
Kalimantan Barat.
Meski secara fisik maupun budaya ada yang berasimilasi dengan penduduk
lokal, mereka juga tetap mempertahankan adat istiadat leluhur yang
dipertahankan hingga kini. Karena pada umumnya mereka penganut
Kong Hu Cu dan
Buddha maka perayaan
imlek menjadi tradisi istimewa yang senantiasa mereka rayakan.
Di era Orde Baru perayaan
Imlek khususnya ritual Tatung dilarang dipertontonkan di depan umum. Tetapi di era reformasi mantan Presiden
Gus Dur mengizinkan kembali, bahkan pemerintahan berikutnya
Megawati Soekarnoputri
mengesahkan dalam bentuk undang-undang. Dengan demikian warga Tionghoa
di Singkawang khususnya menjadi lebih leluasa untuk menjalankan tradisi
atau upacara keagamaan mereka. Di dunia pariwisata, Tatung berpotensi
untuk menarik turis dalam negeri dan mancanegara. Selain mengangkat nama
Singkawang di dunia internasional, Tatung juga ikut meningkatkan
perekonomian daerah setempat.
Gawai Dayak Naik Dango
Upacara Naik Dango yang merupakan kegiatan ritual seputar panen padi adalah ungkapan syukur masyarakat
Dayak
kepada Sang Pencipta akan hasil yang telah diperoleh. Upacara ini
diadakan di setiap kabupaten termasuk kota Singkawang. Tempat
penyelenggaraan dilaksanakan bergantian antar kecamatan setiap tahun,
ditetapkan oleh Dewan Adat kabupaten setempat. Di samping upacara adat,
diadakan pula pesta wisata dan budaya Naik Dango yang diisi dengan
pertunjukan kesenian, lomba permainan tradisional, lomba kesenian
daerah, pameran, seminar kebudayaan dan pasar rakyat.
Perekonomian
Perdagangan
Singkawang terkenal sebagai kota perdagangan terbesar kedua di
Kalimantan Barat setelah Kota
Pontianak.
Letaknya di pantai barat sangat strategis, yakni berada di antara
kabupaten Sambas dan Bengkayang, sangat menguntungkan Singkawang dalam
mengembangkan daerahnya sebagai sentra bisnis dan pemasaran produk dari
dan ke wilayah di sekitarnya. Selain juga menampung dan mendistribusikan
barang-barang yang tidak diproduksi di Singkawang dan daerah
sekitarnya, seperti barang-barang sandang, alat-alat pertanian dan
lainnya. Sebagian besar barang yang diperdagangkan merupakan hasil bumi,
seperti produk pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan,
peternakan dan hasil kerajinan atau industri kecil di Singkawang dan
kabupaten tetangga.
Pertanian dan Peternakan
Singkawang adalah wilayah yang cocok untuk pengembangan pertanian
tanaman pangan dan hortikultura terdapat di Kecamatan Singkawang
Selatan, Utara dan Timur. Wilayah itu memiliki potensi yang cukup besar,
baik dari segi lahan yang tersedia maupun jenis tanaman yang sesuai
untuk dikembangkan. Lahan yang luas dan tanah yang subur serta tenaga
kerja 11.829 orang merupakan faktor yang sangat mendukung bagi
pengembangan agroindustri.
Tanaman jagung, misalnya, banyak diusahakan di Singkawang Selatan dan
Timur. Komoditas ini baru tahun 2001 diusahakan di Singkawang Selatan
seluas 10 hektar. Kebutuhan jagung untuk pakan ternak-sebagian besar
untuk ayam ras petelur di Singkawang sangat besar, yakni 100 ton per
hari. Singkawang sendiri belum bisa memenuhi kebutuhan pakan ternak
tersebut, karena produksi tahun 2001 baru sekitar 20 ton. Hingga kini
kebutuhan itu disuplai Kabupaten
Bengkayang sebanyak 40 ton dan sisanya dari
Semarang,
Lampung, bahkan dari
China.
Hasil pertanian itu selain dijual dalam bentuk buah segar, juga mulai
diolah. Jeruk siam dan nanas, misalnya, dibuat sari jeruk, minuman
ringan dan nanas dalam kaleng. Demikian pula pisang, dipasarkan dalam
bentuk tepung pisang, pisang selai dan keripik pisang. Usaha industri
ini mulai berkembang walau masih dalam skala industri kecil. Industri
secara umum banyak terdapat di Singkawang Barat, berupa industri
pengolahan bahan makanan dan minuman ringan. Ada juga industri furnitur
dari kayu yang bahan baku serta pemasarannya bersifat lokal.
Hasil peternakan, terutama ayam petelur dan babi. Produksi peternakan
selain untuk konsumsi sendiri, beberapa peternak besar, terutama telur
ayam dan babi, juga dipasarkan ke luar Kota Singkawang. Bahkan telur
ayam menguasai hampir 95 persen pasar di
Kalimantan Barat.
Industri
Hasil industri yang menjadi produk andalan adalah keramik. Industri
ini telah lama berkembang dan pasarannya pun merambah ke mancanegara
meskipun masih berskala industri kecil. Ada delapan unit usaha yang
bergerak di bidang usaha keramik dan dikelola turun-temurun. Pembuatan
keramik tradisional itu terdapat di Desa Sakok, Kelurahan Sedau,
Singkawang Selatan. Buatannya sangat menarik dan artistik bergaya
Dinasti Ming. Ciri khasnya terletak pada desain yang berupa gambar naga. Keramik ini telah memenuhi pasaran ekspor ke
Singapura,
Malaysia dan negara lainnya.
Kota Singkawang juga terkenal dari hasil industri kecil dengan
makanan khasnya, yaitu tahu dan mie Singkawang dan makanan ini sering
dijadikan oleh-oleh bagi para pelancong yang datang ke Singkawang. Rasa
dan aroma tahu Singkawang memiliki ciri khas tersendiri. Makanan
berbahan dasar kedelai yang dibuat secara tradisional ini terasa lembut
dan terlihat bersih, berbeda dengan tahu umumnya yang mungkin terasa
sedikit asam. Hasil sampingan dari pembuatan tahu Singkawang adalah
bubur tahu dan air tahu.
Pendapatan
- APBD sebesar Rp. 3.411.475.134.475,-
- Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp.14.934.687.606.110,-
- Dana Perimbangan sebesar Rp. 1.881.144.108.000,-
Festival
Berbagai festival banyak digelar di kota ini, misalnya:
- Tahun Baru Imlek (bulan Januari atau Februari)
- Cap Go Meh dirayakan 15 hari setelah Imlek (bulan Januari atau Februari)
- Gawai Dayak Naik Dango (bulan Mei)
- Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (tanggal 17 Agustus)
Tokoh terkenal kelahiran kota Singkawang
- Handi Morgan Winata [Personil SM*SH Boyband]
- Hendri Lamiri [Vionis Indonesia]
- Alex [Juliet Band]
- Reifan Fajarsyah / Ivan [Vocalis Seventeen Band]
- Ivan [Vokalis Domino Band]
- Linzy Novia Margaretha [Personil 7ICONS Girlband]
- Piet Pagau [Artis]
- Rionaldo Sthockhors [Artis]
- Linda Fanencia Rachman [Artis]
- Melly Kiong [Parenting Rekor MURI 2008]
- Johnny Andrean [Pemilik J.CO Se-Indonesia]
- Xianny Kho [Personil BEXXA Girlband]
- Febrianty Tjhie [Personil S.O.S Girlband]
- Ibnu Aji Pradana [Pemain Arema Indonesia]
Referensi
Pranala luar